Malam ini udara dingin sekali. Dua hari lagi hari raya Imlek
akan tiba. Mutia yang sedang berdiri di halte, mengusap-usap telapak
tangannya untuk mengusir dingin.
Sayup-sayup terdengar suara burung hantu di kejauhan. Mutia mengutuk
bosnya dalam hati, karena memaksanya berangkat pada jam yang sangat
tidak menyenangkan ini. Mutia ditugaskan untuk mengantarkan sebuah paket ke sebuah gudang tua di ujung kota. Perjalanan ke sana memerlukan waktu sekitar setengah jam, dan satu-satunya jenis angkutan umum yang tersedia adalah bus bertingkat yang sudah tua dan jalannya lambat.
Setelah menunggu lama, akhirnya bus itu muncul. Mutia pun naik. Hanya Ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Mutia terus melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja. Tetapi langkahnya dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga.
Nenek itu berkata, "Jangan naik ke atas, Nak. Di atas berbahaya."
Mutia terkejut. Dia pernah mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang bus bertingkat seperti yang pernah diceritakan teman-temannya. Karena merasa ngeri, Mutia pun mengurungkan niatnya untuk naik ke atas.
Mutia telah sampai di tempat tujuannya, ketika bus bertingkat itu berhenti di sebuah halte.
Mutia turun sambil menarik nafas lega, sementara bus itu kembali melanjutkan perjalanannya. Keesokan malamnya, satu malam sebelum malam Imlek, Mutia kembali Ditugaskan bosnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama. Mutia pun kembali berangkat menuju halte.
Bus yang sama dengan bus yang kemarin muncul lagi. Mutia naik. Penumpang bus yang terlihat hanya beberapa orang saja. Mutia lalu berjalan menuju tangga. Tetapi di sana Mutia kembali dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga. Nenek yang sama dengan yang kemarin.
Nenek itu berkata, "Jangan naik ke atas, Nak. Di atas berbahaya,"
Mutia teringat dengan pengalamannya, kemarin. Ia merasa takut dan memilih untuk duduk di sebuah bangku yang agak jauh dari tangga. Setelah 30 menit, bus bertingkat itu akhirnya berhenti di halte tempat tujuan Mutia. Mutia turun dengan perasaan lega. Dan bus itu pun melanjutkan perjalanan kembali.
Keesokan harinya, tepat pada malam Imlek, Mutia kembali diberi tugas oleh bosnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama dengan sebelumnya. Mutia menunggu bus di halte sambil melihat sekeliling. Suasana kota terlihat meriah. Lampion dan hiasan berwarna-warni menghiasi sudut-sudut jalan.
Ketika bus bertingkat yang ditunggunya datang, Mutia naik. Bus itu adalah bis yang sama dengan yang kemarin. Mutia melihat ke arah bangku di dekat tangga. Dan benar saja, nenek yang sama dengan yang kemarin terlihat duduk di situ.
Mutia lalu mendekati nenek keriput itu. Sebelum nenek itu berkata apa-apa, Mutia mendahuluinya, "Nek, apapun yang akan nenek katakan, saya tetap akan naik dan duduk di atas. Malam ini adalah malam Imlek dan suasana kota begitu meriah. Saya tidak takut akan sesuatupun!" Tanpa menunggu jawaban apa-apa dari nenek tua itu, Mutia lalu naik ke atas.
Tidak ada penumpang satu orang pun di atas. Mutia memilih untuk duduk di dekat jendela, dan menunggu dengan perasaan tegang. Tetapi hingga 30 menit berlalu, tidak terjadi apa-apa. Akhirnya Mutia sampai di tempat tujuan, dan bus itu berhenti di sebuah halte. Mutia turun dari tingkat atas dan mencari si nenek keriput didekat tangga.
Setelah bertemu, lalu Mutia bertanya, "Nek, kenapa sih, Nenek melarang penumpang untuk naik ke atas? Saya sudah mencoba sendiri, ternyata di atas tidak ada apa-apa yang membahayakan. Sebenarnya ada apa sih, Nek?" Sambil menunjukkan jarinya ke atas, nenek keriput itu menjawab, "Di atas berbahaya, Nak. Tidak ada supirnya."
hwahahaha....^_^"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar